BRANCLESS
BANKING
Branchless
Banking merupakan kegiatan pemberian jasa layanan sistem pembayaran dan
keuangan terbatas yang dilakukan tidak melalui kantor fisik bank, namun dengan
menggunakan sarana teknologi dan/atau jasa pihak ketiga terutama untuk melayani
masyarakat yang belum terlayani jasa keuangan/unbanked. Layanan keuangan yang
diberikan melalui branchless banking ini merupakan layanan sistem pembayaran
dan perbankan terbatas yang ditujukan untuk memenuhi kepentingan ekonomi
masyarakat unbanked dan underbanked, seperti pengiriman uang, menyimpan
kelebihan pendapatan, dan memperoleh tambahan dana untuk pembiayaan usaha
produktif. Secara umum karakteristik masyarakat yang menjadi target dalam
kerangka branchless banking yakni memiliki pendapatan relative kecil, pemahaman
terhadap sistem keuangan yang kurang, dan tidak/kurang memiliki pengalaman
dalam menggunakan jasa/produk perbankan.
Istilah Branchless Banking
sebagai kegiatan layanan transaksi bank dengan kriteria sebagai berikut :
1.
Tanpa melalui kantor cabang bank
2.
Menggunakan agen yang bekerjasama dengan
bank
3.
Nasabah bisa melakukan transaksi sendiri
atau menggunakan agen
4.
Fitur transaksi yang sederhana/basic
feature
5.
Layanan murah/low cost transaction
6.
Ditujukan khususnya untuk segmen bawahan
atau unbanked
Branchless Banking sebagai salah
satu bentuk inisiatif financial inclusion sangat membantu untuk
memajukan perekonomian suatu negara melalui peningkatan akses masyarakat
terhadap jasa layanan bank sehingga ultimate goal bank sebagai unit usaha
pembiayaan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Regional
Kendala
yang dihadapi dalam memperluas inklusi keuangan secara umum dapat dikelompokan
menjadi 2 (dua) yakni kendala yang dihadapi masyarakat dan kendala yang
dihadapi oleh lembaga keuangan. Dalam hal menabung, kendala yang dihadapi
masyarakat yakni tingkat pemahaman terhadap pengelolaan keuangan yang masih
kurang dan biaya pembukaan rekening serta biaya administrasi yang bagi sebagian
masyarakat dinilai cukup memberatkan. Sementara dalam hal meminjam hambatan
yang dihadapi masyarakat diantaranya adalah pemenuhan persyaratan aspek legal
formal usaha yang dimiliki, kurangnya informasi tentang produk perbankan, atau
produk yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Adapun kendala di tingkat lembaga
keuangan diantaranya adalah keterbatasan cakupan wilayah dan memperluas
jaringan kantor, kurangnya informasi mengenai nasabah potensial, dan
terbatasnya informasi mengenai keuangan konsumen. Disisi lain untuk menambah
jaringan kantor di daerah terpencil, bank dihadapkan pada persoalan biaya
pendirian yang relatif mahal. Branchless banking diharapkan dapat menjembatani
kendala tersebut untuk mendekatkan layanan perbankan kepada masyarakat
khususnya yang jauh dari kantor bank. Dalam upaya mewujudkan keuangan inklusif
Bank Indonesia telah menetapkan enam pilar strategi yang meliputi edukasi
keuangan, fasilitas keuangan publik, pemetaan informasi keuangan, kebijakan,
fasilitasi intermediasi dan saluran distribusi serta perlindungan konsumen.
Dalam implementasi 6 pilar tersebut, peran perbankan yang menguasai sekitar 80%
dari industri keuangan di Indonesia sangat diharapkan khususnya dalam membangun
layanan keuangan yang bisa dinikmati oleh lebih banyak masyarakat. Salah satu
program yang ditempuh oleh Bank Indonesia pada pilar pengembangan saluran
distribusi adalah Branchless Banking.
Sementara
itu, dalam konteks Indonesia, branchless banking merupakan hal baru bagi
industri perbankan di Indonesia. Oleh karena itu, implementasi branchless
banking perlu dilakukan secara hati-hati mengingat implementasi perluasan
layanan perbankan melalui UPLK dan teknologi dapat meningkatkan risiko, khususnya
risiko operasional, risiko hukum dan risiko reputasi bagi bank dan perusahaan
telekomunikasi. Melalui uji coba/pilot project branchless banking diharapkan
dapat diperoleh model bisnis yang sesuai dan hambatan serta risiko yang
dihadapi oleh para pihak yang terlibat. Adapun keseluruhan implementasinya
dilakukan secara bertahap mulai dari penerbitan pedoman (guiding principles),
uji coba, evaluasi menyeluruh, dan implementasi secara penuh melalui penerbitan
ketentuan branchless banking.
Branchless banking ampuh mengatasi kondisi geografis karena strategi
distribusi kanal layanan bank ini tidak menggantungkan diri pada eksistensi
kantor cabang bank. Contoh teknologi untuk branchless banking seperti,
internet, telepon selular, automated teller machine (ATM), perangkat point of
sales (POS), dan perangkat electronic funds transfer at POS (EFTPOS).
Layanan branchless ini pun akan makin terdorong ke jalur mainstream bila
melihat tingkat keakraban masyarakat indonesia dengan perangkat mobile,
misalnya komputer tablet dan smartphone. Ini adalah sebuah peluang menarik bagi
bank untuk meluaskan layanan-layanan branchless yang sifatnya mandiri
(self-service banking), seperti mobile dan internet banking.
Sebuah simbiosis mutualisme, saat layanan branchless dan self-service
banking mendatangkan manfaat bagi kedua belah pihak. Nasabah di untungkan
melalui kemudahan dan kecepatan transaksi berkat tersedianya berbagai pilihan
layanan dari bank. Pihak bank pun menuai manfaat berupa pertumbuhan transaksi,
kemudahan pengembangan jaringan perbankan, terdorongnya efisiensi, dan
peningkatan loyalitas pelanggan.
Bank Central Asia konsep perbankan
tanpa kantor cabang atau branchless banking terkendala aturan bank yang
mengharuskan bank tahu riwayat nasabah (know your costumer(KYC). Aturan bank tanpa kantor
cabang ini harus dimatangkan karena pelaksanaannya dinilai akan sangat sulit.
"Pemikirannya benar matang
untuk keberhasilannya kedepan. Banyak hal perlu dipikirkan untuk branchless ya. Branchless itu medianya apa? Kartu dan HP ya,"
ujar Presiden Direktur Bank Central Asia Jahja Setiaatmadja di Menara BCA.
Dia mengatakan perbankan
bertemu nasabahnya minimal satu kali saat pembukaan rekening. ATM dan dan
penggunaan ADC di toko yang tujuannya untuk memudahkan nasabah bertransaksi
perbankan sudah merupakan bagian dari branchless banking. "Pengertian branchless banking, nasabah itu tidak usah datang
secara fisik waktu buka rekening secara otomatis, ini yang harus pemikirannya
benar-benar matang," ujarnya.
Bank
Indonesia berencana mengeluarkan aturan branchless banking dengan melihat pada
hasil survei bank dunia pada tahun 2007 menyatakan bahwa sekitar 48 persen dari
keseluruhan rumah tangga di Indonesia tidak memiliki akses terhadap lembaga
keuangan formal. Lembaga penyedia jasa keuangan di Indonesia hanya mampu
melayani sekitar 31 persen masyarakat, dan masih terdapat 17 persen masyarakat
yang hidup tanpa layanan jasa keuangan.
BI menilai konsep branchless banking menjadi
satu solusi untuk menjangkau masyarakat yang tinggal di daerah yang terpencil,
karena dengan branchless banking (BB)
distribusi untuk memberikan jasa keuangan bisa dilakukan tanpa mengandalkan
keberadaan kantor cabang bank.
Global
Di
dunia internasional, khususnya di emerging market, praktek branchless banking bukanlah
hal baru. Dari berbagai studi literatur tercatat lebih dari 100 (seratus)
negara, seperti Malaysia, India, Filipina, Kenya, Pakistan, dan Mexico, yang
mengimplementasikan branchless banking.
Dengan
kemajuan di bidang keuangan, pendidikan, teknologi, dan obat-obatan,
negara-negara berkembang merasa kebutuhan yang berkembang untuk datang sejajar
dengan dunia. Ekonomi global saat ini sangat
saling tergantung, dimana kondisi ekonomi suatu daerah, oleh dan besar,
mempengaruhi kesehatan ekonomi daerah-menciptakan efek riak lainnya.
Negara-negara
berkembang harus meningkatkan dan melakukan segala daya mereka untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka, daripada tergantung pada
negara-negara maju untuk membantu melalui mentransfer bantuan dan teknologi. Perantara keuangan, khususnya perbankan, menentukan kemakmuran
ekonomi suatu bangsa. Sebuah sistem perbankan yang
sehat, oleh karena itu, adalah apa yang diperlukan untuk suatu negara untuk
maju di dunia saat ini. Sementara sebagian besar
negara-negara maju menikmati manfaat dari berbagai jasa keuangan yang
ditawarkan melalui banyak media yang mudah diakses, ada potensi pasar tak
memiliki rekening bank di negara-negara berkembang yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan prospek ekonomi secara keseluruhan negara-negara ini.
Salah
satu pilihan untuk menjangkau segmen belum terjangkau masyarakat adalah melalui
pembentukan cabang-cabang bank fisik di wilayah geografis terlayani ini, bagaimanapun, menantang gagasan melayani kelompok
berpenghasilan rendah biaya-efektif. Di negara-negara, bank dan
operator seluler berkembang dapat berkolaborasi pada usaha patungan untuk
mengembangkan sistem mobile banking yang sehat dan membangun branchless banking
(menggunakan toko ritel, kantor pos, dan pompa bensin sebagai agen mereka)
untuk mengakses area yang sulit dijangkau, karena kekhawatiran geografis atau
politik.
Idealnya,
mobile banking dapat dimanfaatkan untuk mengurangi biaya operasi, meningkatkan
efisiensi, dan menyebabkan mekanisme pengiriman baru dan model bisnis. Menurut State Bank of Pakistan, saluran pengiriman alternatif
mengandalkan solusi teknologi dan jaringan agen untuk mengurangi biaya
transaksi dan meningkatkan akses keuangan. Secara
khusus, ponsel dianggap alat yang paling layak untuk melayani tujuan ini,
sebagai pengguna ponsel adalah empat kali jumlah pemegang rekening sistem
perbankan formal di Pakistan.
Teknologi
memainkan peran penting dalam mengembangkan kerjasama aktif antara bank dan
perbankan-agen, mulai dari penyedia layanan telekomunikasi bergerak ke agen
toko ritel, yang tidak layak sebelumnya. Kerjasama ini dapat membantu memberikan layanan kepada pelanggan
di daerah yang baik jauh atau sulit diakses.
Branchless
banking, yang memanfaatkan teknologi mobile, bisa sangat sukses dalam skenario
seperti itu, karena menggunakan ponsel tidak memerlukan melek tinggi dan
pelatihan formal bagi penggunanya. Juga, dengan kompetisi cut-tenggorokan di industri ponsel, harga
telah menurun secara substansial, membuat komunikasi seluler lebih terjangkau
untuk kelompok berpenghasilan rendah dari masyarakat. Oleh karena itu, di negara-negara berkembang, segmen besar dari
populasi (termasuk orang-orang dengan tingkat melek huruf yang rendah) yang
saat ini memiliki ponsel tetapi tidak memiliki rekening bank, pasti akan
tertarik dengan peluang branchless banking dan, karena itu akan menjadi bagian
dari sistem perbankan formal.
Potensi
mobile banking tidak hanya terbatas untuk melayani sebagai saluran pengiriman
untuk fasilitasi pembayaran.WAP baru dan ponsel Java dengan GPRS mendukung
lebih banyak jenis layanan perbankan, seperti transfer dana antar rekening,
perdagangan saham, dan konfirmasi pembayaran langsung melalui browser mikro
telepon.
Ada
fasilitas mobile banking terutama digunakan untuk hanya tujuan pembayaran dan
mentransfer dan bukan untuk kredit dan tabungan; ini tidak cukup untuk meningkatkan perekonomian secara maksimal.
Kelompok
Konsultatif untuk Membantu Masyarakat Miskin (CGAP) hari ini mengumumkan bahwa
mereka diberikan hampir $ 900.000 untuk mendukung tiga proyek yang bertujuan
menjangkau orang-orang tak memiliki rekening bank di Afrika Barat Ekonomi dan
Moneter Uni (WAEMU) dengan berbagai terjangkau , jasa keuangan yang efisien dan
berharga.
The
CGAP Branchless Banking Challenge Fund, dalam kemitraan dengan The MasterCard
Foundation, diberikan dana untuk tiga organisasi: Advans Cote d'Ivoire (CI),
MFS Afrika, dan MoneyExpress.
Proyek-proyek
yang sudah berlangsung, dipilih dari 34 jumlah proposal yang diajukan ke The
Challenge Fund, yang berusaha untuk menumbuhkan industri perbankan branchless
baik informasi di WAEMU. Meskipun kemajuan penting,
wilayah ini masih menghadapi kendala seperti jaringan distribusi terbelakang,
kurangnya aktivasi pelanggan, dan penawaran produk yang tidak memadai.
·
Dalam Cote d'Ivoire, Advans Cote
d'Ivoire akan mengembangkan solusi branchless banking
disesuaikan dengan koperasi kakao dan petani.Tujuannya adalah untuk melakukan
pembayaran kepada koperasi dan produsen lebih aman untuk mengurangi risiko arus
fisik kas. Ini juga akan menciptakan
peluang untuk menghubungkan petani untuk jasa keuangan yang ditawarkan oleh
Advans-CI.
·
Dalam Cote d'Ivoire dan Benin, MFS Afrika akan
meluncurkan produk mikro-kredit disebut pinjaman mjara yang
akan memberikan klien akses ke pinjaman dijamin berdasarkan nilai kredit yang
berasal dari sejarah klien dengan transaksi uang mobile, produk keuangan
lainnya, pendapatan, alamat, dan informasi demografis lainnya. Pinjaman mjaraakan membangun off solusi mobile wallet
di Cote d'Ivoire dan Benin dan akan disampaikan dalam kemitraan dengan
lembaga-lembaga keuangan.
·
Di Senegal, Money Express akan
meluncurkan NAFA platform mobile banking memungkinkan
pelanggan untuk membayar tagihan, pembelian barang dan jasa, mengirim uang, dan
dana toko. Solusi ini akan memungkinkan
Money Express untuk meningkatkan basis klien besar dari yang ada bisnis
pengiriman uang, dan untuk menawarkan klien kesempatan untuk membuka rekening
bank dengan LKM diberikan afiliasi dengan Chaka Grup .
"Proyek-proyek
yang didukung oleh dana tantangan ini adalah kesempatan yang baik untuk
mendukung dan inovasi kekuasaan dalam ekosistem branchless banking yang berubah
dengan cepat," catatan Estelle Lahaye,manajer proyek
branchless banking WAEMU di CGAP. "Kami juga gembira tentang potensi pembelajaran proyek ini
menawarkan untuk pengembangan pasar lebih di wilayah WAEMU."
Sumber :